Diet Caffein


Berapa cangkir kopi yang kamu minum dalam sehari?

Sampai hari ini sebagian dari kita, para penikmat kopi, kerap kali mendapatkan teguran saat menikmati kopi. Tak bisa dipungkiri bahwa anggapan jika kopi tidak baik bagi kesehatan masih berkembang. “Sebaiknya ngopi-mu dikurangi. Itu tidak baik bagi kesehatan!” atau “Kok ngopi meluluNtar sakit lambungmu kambuh!” Kenikmatan minum kopi pun berkurang akibat teguran semacam ini.

Padahal kopi mempunyai pengaruh positif bagi tubuh apabila dikonsumsi secara tepat. Selain mampu mengurangi rasa kantuk, peran secangkir kopi juga meningkatkan daya konsentrasi, memperbaiki sistem pencernaan, urinisasi, dan sumber nutrisi bagi tubuh. Kafein sebagai unsur utama kopi memberi pengaruh paling besar bagi tubuh. Senyawa ini sifatnya larut lemak maka kafein akan dibawa darah menuju seluruh tubuh. Termasuk keampuhannya dalam menembus sistem saraf otak, sehingga reaksinya pun bisa dirasakan dalam tenggat relatif tak lama.

Namun dalam ambang batas yang bisa diterima tubuh, kopi (kafein) justru memberikan pengaruh pada berjalannya fungsi organ seperti jantung berdebar, nyeri pada lambung, tekanan darah naik, sering buang urin dan sulit tidur. Bila gejala ini dirasakan indikasi asupan kafein dalam tubuh telah melewati ambang batas.

Kita pun bertanya-tanya, bagaimana mengetahui takaran asupan kopi yang tepat, sehingga kita bisa merasakan pengaruh positif? “Respon tubuh terhadap asupan kafein dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, jumlah dan frekuensi konsumsinya, sensifitas, berat tubuh, usia dan jenis kelamin peminumnya,” tulis Sri Mulato dan Edy Suharyanto dalam buku Kopi, Seduhan & Kesehatan.

Sensitifitas tubuh dalam menerima senyawa kafein berbeda pada setiap orang, juga kondisi kesehatan saat meminumnya. Orang yang mempunyai sensifitas tinggi pada asam lambung mempunyai ambang batas meminum kopi yang berbeda daripada orang normal.

Berat badan memiliki pengaruh penerimaan tubuh pada asupan kafein. Seseorang dengan tubuh langsing mempunyai kepekaan yang lebih tinggi pada kafein daripada orang dengan tubuh gemuk. Sifat ini dikarenakan kafein mempunyai sifat konsentrasi dalam plasma darah. Pada asupan kafein yang sama (300 mg), konsentrasi puncak kafein peminum kopi langsing (50 kg) sudah mencapai 12 mg/liter, sementara pada waktu yang bersamaan konsentrasi maksimum pada peminum kopi gemuk (berat badan 70 dan 90 kg) baru mencapai masing-masing 9 dan 8 mg/liter).

Selain itu faktor usia memiliki peran penerimaan tubuh terhadap kafein. Pada usia anak-anak kebutuhan kafein lebih mendapat perhatian. “Pada usia 4-6 tahun asupan kafein 45 mg per hari, 7-9 tahun 62,50 mg per hari, dan 10-12 tahun 85 mg kafein per hari,” kata dua peneliti dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ini. Semakin bertambah usia semakin toleran penerimaan tubuh terhadap asupan kafein. Selain itu ambang batas yang lebih tinggi dimiliki laki-laki daripada perempuan perlu pula diperhatiankan.

Pada orang dewasa takaran konsumsi kafein dapat dibagi tiga. Tingkat rendah (kurang dari 200 mg per hari atau setara 2 cangkir kopi), sedang (200-400 mg per hari atau setara 2 sampai 4 cangkir kopi), dan tinggi lebih dari 400 mg atau lebih dari 4 cangkir per hari). Dalam keadaan normal pada usia dewasa asupan kafein disarankan 300 mg per hari. Itu artinya setara dengan 3 cangkir kopi ukuran 200 ml. Asupan kafein ini dapat menghindari pengaruh negatif kafein.

So, bila ada seseorang memberi peringatan dampak negatif dari minum kopi setidaknya kita bisa menjawab telah mengatur takaran kopi yang masuk dalam tubuh. Dan, kenikmatan minum kopi tak lagi terganggu.


One response to “Diet Caffein”

Leave a Reply